Sabtu, 05 Mei 2018

Resensi Buku Menguak Keajaiban Mimpi


Menguak Keajaiban Mimpi
Karya : Muhammad Luthfi Ghozali
Penerbit : Abshor Semarang
Tahun :2017
Halaman :x + 188 .14 x 20
Harga penerbit : Rp 60.000
Diresensi oleh : Verri JP

Membaca buku "Menguak keajaiban Mimpi" (MKM) karya Muhammad Luthfi Ghazali tentang  mimpi bisa melengkapi buku tentang  tafsir mimpi "ensiklopedia Arti Mimpi" karya Muhammad Ibn Sirin Al Bashri (653 M - 728 M). Maupun kitab primbon "Betal Jemur Adamakna" karya Kanjeng Pangeran Harya Tjakraningrat di (keraton) Ngayogyakarta Hadiningrat.

Secara umum, primbon diartikan sebagai buku yang menyimpan  pengetahuan tentang berbagai hal. Wojo-wasito dan Poerwadarminta (1980:211) memberikan definisi primbon sebagai  “buku  yang memuat astrologi dan mantera” yang  di dalamnya meliputi ilmu tafsir mimpi.

Baik karya ibn Sirin maupun karya Pangeran  Harya Tjakraningrat itu menguak makna tabir mimpi. Sedangkan  buku MKM membahas proses alam mimpi disandingkan dengan Ilmu Laduni. Pemaparan kajian mimpi dengan pendekatan ilmu  tasawuf ilmi.

Mimpi itu berkaitan dengan jiwa dan niat sejati seseorang. Nilai yang dilekatkan pada setiap unsur  berhubungan erat dengan persepsi ideal yang diambil dari kehidupan sebenarnya. Jadi, pembaca diharapkan menyadari  bahwa tindakan apapun yang dilakukan seseorang dalam sebuah mimpi sesungguhnya adalah tindakan Tuhan.

Menurut buku MKM alam manusia dibagi dua, yakni alam lahir dan alam bathin. Alam lahir disebut alam mulki wa syahadah dan alam bathin disebut alam malakut. Adapun "Barzah" yang menjadi pembatas kedua alam ini dinamai alam jabarut. Tingkatan paling bawah alam jabarut adalah alam hayal. Di alam hayal ini adalah tempat mimpi "bohong", alam dimana manusia bekerja sama dengan setan jin untuk berbuat sihir. Sedangkan tingkat  teratas dalam alam jabarut adalah alam qolam, yakni tempatnya mimpi benar, alam dimana  salik berpotensi menemukan ILMU LADUNI.

Rasul Saw, membagi mimpi manusia menjadi tiga bagian. Pertama, mimpi karena manusia berbicara dengan jiwanya sendiri. Kedua, mimpi sebagai pembicaraan yang datang dari setan dan terakhir, mimpi yang benar. Mimpi yang benar ini merupakan 1/46 dari alam kenabian. Demikian dijelaskan dalam satu riwayat.

Lalu timbul pertanyaan bagaimana dengan mimpinya orang awam apakah berlaku sama dengan Nabi?

Disabdakan dalam satu riwayat Hadis Nabi Saw "Tidurnya orang alim lebih utama  dari pada ibadahnya orang bodoh". Maksud kalimat tidur orang alim yang tersebut di atas adalah tidur yang diilmukan. Bukan orang alim yang sedang tertidur.

Jadi, untuk memahaminya perlu dijelaskan bahwa mimpi yang diperoleh perlu ada persiapan yakni niat tidur dalam rangka ibadah. Sehingga tidurnyapun memperoleh pahala. Alhasil, mimpinya pun benar, bukan mimpi bohong atau sekedar bunga tidur. Dari mimpi ini disusupkan ilham Ilahiyah yang menuntun jalan ke arah kebenaran bukan ilham sataniyyah. Kalau orang tidur tanpa diniati ibadah, mimpinya itu tidak mampu menembus ke alam malakut melainkan terperangkap dalam alam khayali sehingga setan dan jin yang menemani perjalanan mimpinya.

Berwudhu sebelum tidur, adalah adab yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah, kemudian diniatkan agar tidurnya menjadi ibadah, bagi pengikut tarekat jangan lupa tawassul kepada guru atau mursyidnya dengan harapan agar ruhnya bisa dipertemukan dengan  ruh guru atau mursyidnya di alam mimpi.

Mimpi yang bersifat Ilahiyyah bisa dicontohkan pada mimpi Nabi Ibrahim AS. ( qs. Ash-shofat : 102 -107).
Rasul Saw pernah bersabda bahwa mimpi para nabi juga merupakan wahyu. Mimpi Rasulullah Saw diantaranya adalah memasuki Masjidil haram dalam keadaan aman ( qs. Al Fath/27)
Selanjutnya mimpi Nabi Yusuf AS. (Qs. Yusuf/4-6). Menjelaskan mimpi Nabi Yusuf yang menjadi kenyataan setelah 40 tahun ada juga pendapat lain yang mengatakan setelah 80 tahun.

Kesimpulan dari beberapa mimpi Nabi Allah, umumnya mimpi mereka adalah berita pendahuluan, tanpa ada penjelasan kapan realisasi mimpinya. Hanya saja perjuangan dan kemauan keras untuk mewujudkannya, serta harus diyakini dan diredaksikan dengan benar, maka hasilnya akan benar pula.

Dalam hal lain, sebenarnya melalui intuisi mimpi siapapun bisa memperoleh ilmu laduni (laduniyah Robbaniyah). Didalam buku MKM dijelaskan tentang sumber ilmu laduni di alam mimpi dan dijelaskan proses kedatangannya pada jiwa  kontemplatif yang wushul kepada Allah Swt.

Kalau yang dicontohkan pada MKM adalah mimpi yang bersifat ilahiyyah, timbul pertanyaan  apakah bisa diaplikasikan untuk impian orang awam yang masih mengedepankan materi?

Di buku MKM tidak melulu membahas  ilmu ladunni, namun juga dijelaskan bagaimana untuk merealisasikan alam mimpi tersebut.

Untuk merelisasikan mimpi caranya pertama, impian diimani, kemudian kemauan ditingkatkan, selanjutnya berusaha dan berdoa. Membiasakan yang luar biasa menjadi biasa,  hasilnya akan terbentang beberapa kemungkinan, setelah kemungkinan di depan mata tampak kemudian kenyataan pun mudah diraih.
Ternyata merealisasikan alam mimpi mudah bukan?

Tulisan resensi singkat ini merupakan tips sederhana meraih mimpi menjadi kenyataan. Untuk mendapatkan penjelasan lengkap silakan koleksi bukunya "Menguak Keajaiban Mimpi, Menggali Sumber Ilmu Laduni". Melalui Verri JP, HP : 08111494599.

Salam mimpi,
Verri JP
Pengamat Mistisisme Islam